Tujuan diterjunkanya tujuh perwira yang di pimpin A.G. groonhalg dan kemayoran jakarta dimaksudkan untuk

Setelah Jepang bertekuk lutut terhadap Sekutu, balatentara Jepang yang ada di Indonesia tinggal menunggu nasib selanjutnya, yaitu dilucuti dan kemudian dipulangkan ke negerinya. Untuk menerima penyerahan Jepang di wilayah asia Tenggara, Sekutu menugaskan South East Asia Command (SEAC) yang dipimpin oleh panglimanya Laksamana Lord Louis Mountbatten. Sedangkan diwilayah bagian Timur yang berhadapan dengan Australia dan kepulauan Pasifik ditugaskan kepada Pacific Command dibawah Jendral Mac Arthur. Secara umum tugas Komando Sekutu di Asia Tenggara antara lain:

Dalam pelaksanaan tugas menerima penyerahan Jepang di Indonesia, Panglima South East Asia Command (SEAC) telah mempercayakan kepada satuan Inggris. Di dalam “Civil Affair Agreement” sebagai hasil konferensi Chequers (terletak beberapa mil dari London) antara Inggris dan Belanda pada tanggal 24 agustus 1945, ditetapkan bahwa Indonesia pada fase pertama setelah penyerahan Jepang, SEAC akan memegang kekuasaan atas nama pemerintahan Belanda. Akan tetapi pasukan SEAC pimpinan Louis Mounthbatten tidak dapat secepatnya memberangkatkan pasukannya ke Indonesia, karena pasukan Inggris banyak dikerahkan untuk menghadapi gerakan-gerakan di tempat-tempat lain. Berdasarkan keputusan Markas Besar Sekutu, pasukan Inggris akan bertugas di Jawa dan Sumatera, sedangkan untuk Indonesia Bagian Timur diserahkan pasukan Australia (A.H. Nasution, dalam Ma’moen Abdullah. 1986:282)