Dilema Peran Ganda Perempuan Bekerja Tersisa segumpal keraguan di benak manusia-manusia modern saat menyaksikan kiprah perempuan di bidang-bidang pekerjaan
B. Indonesia
GibranAriq
Pertanyaan
Dilema Peran Ganda Perempuan Bekerja
Tersisa segumpal keraguan di benak
manusia-manusia modern saat menyaksikan
kiprah perempuan di bidang-bidang pekerjaan
produktif di luar rumah. Kendati makin
lumrah, tetapi pertanyaan tentang peran
keibuan seorang perempuan di dalam rumah
tangga masih senantiasa digemakan. Seakan-
akan perempuan tidak dinilai cukup sukses
apabila keberhasilan membangun karier tidak
dibarengi kesuksesan mengelola rumah
tangga.
Berakar dari pembagian kerja secara
seksual yang mulai aktif diberlakukan
pascarevolusi industri, saat modernisasi di
Eropa mulai menyebar bibit dan menyentuh
segala aspek kehidupan sosial. Jejak-jejak
pembagian kerja ini antara lain dapat
ditelusuri melalui kajian Smelser tentang
diferensiasi struktural yang menjadi salah satu
ciri modernisasi. Setiap fungsi yang bekerja
dalam suatu hierarki struktural memerlukan
pembedaan tugas yang jelas. Upaya
memodernkan diri sejadi-jadinya ini ternyata
menuntut diferensiasi berlaku pula pada
fungsi-fungsi gender.
Diferensiasi ini didukung pula oleh
keyakinan teoritisi Adaptasionis. Adaptasi
manusia menghasilkan pertumbuhan ukuran
otak yang karenanya terjadi perkembangan
tengkorak juga. Hal ini menimbulkan
kesulitan melahirkan pada nenek moyang kita.
Untuk mengompensasi kesulitan ini, maka
manusia cenderung melahirkan lebih awal
daripada makhluk lainnya. Sebagai akibatnya,
anak manusia lahir cenderung tidak
"sedewasa" binatang. Sementara anak
binatang telah mampu hidup mandiri dalam
hitungan bulan, anak manusia tetap
bergantung pada orang tuanya selama belasan
tahun hingga masa remaja (
teenage years
)
(Fisher, 1992).
Karena perempuan melahirkan dan
menyusui anak, lantas secara simplistik
dijadikan kandidat tunggal untuk mengasuh
anak. Selain itu, perempuan menjadi makin
dibebani urusan pengasuhan keluarga. Tidak
hanya mengurus anak-anak, tapi juga suami
dan bahkan kadang orang tua. Hal inilah yang
dianggap cikal bakal pembagian kerja secara
seksual oleh teoritisi Adaptasionis. Terlebih
karena dalam perkembangan selanjutnya,
perempuan melakukan tugas-tugas yang
“dekat rumah”, sementara kaum laki-laki
pergi berburu atau mencari nafkah lain (Buss,
1996).
(Sumber:
www.sinarharapan.co.id
, dengan
pengubahan)
Kerjakan sesuai dengan perintah!
a. Tuliskan pokok persoalan yang layak dijadikan bahan
diskusi dari wacana di atas!
b. Ungkapkan beberapa pendapat sebagai tanggapan
terhadap wacana di atas!
c. Ungkapkan pendukung terhadap pendapat yang ada
sebagai ungkapan kesetujuanmu! Sertakan alasan-alasan
yang logis dalam ungkapan sanggahanmu!
d. Ungkapkan sanggahan terhadap pendapat yang ada
sebagai ungkapan ketidaksetujuanmu! Sertakan alasan-
alasan yang logis dalam ungkapan sanggahanmu!
e. Catatlah usulan-usulan yang dapat kamu kemukakan
berdasarkan wacana di atas!
Tersisa segumpal keraguan di benak
manusia-manusia modern saat menyaksikan
kiprah perempuan di bidang-bidang pekerjaan
produktif di luar rumah. Kendati makin
lumrah, tetapi pertanyaan tentang peran
keibuan seorang perempuan di dalam rumah
tangga masih senantiasa digemakan. Seakan-
akan perempuan tidak dinilai cukup sukses
apabila keberhasilan membangun karier tidak
dibarengi kesuksesan mengelola rumah
tangga.
Berakar dari pembagian kerja secara
seksual yang mulai aktif diberlakukan
pascarevolusi industri, saat modernisasi di
Eropa mulai menyebar bibit dan menyentuh
segala aspek kehidupan sosial. Jejak-jejak
pembagian kerja ini antara lain dapat
ditelusuri melalui kajian Smelser tentang
diferensiasi struktural yang menjadi salah satu
ciri modernisasi. Setiap fungsi yang bekerja
dalam suatu hierarki struktural memerlukan
pembedaan tugas yang jelas. Upaya
memodernkan diri sejadi-jadinya ini ternyata
menuntut diferensiasi berlaku pula pada
fungsi-fungsi gender.
Diferensiasi ini didukung pula oleh
keyakinan teoritisi Adaptasionis. Adaptasi
manusia menghasilkan pertumbuhan ukuran
otak yang karenanya terjadi perkembangan
tengkorak juga. Hal ini menimbulkan
kesulitan melahirkan pada nenek moyang kita.
Untuk mengompensasi kesulitan ini, maka
manusia cenderung melahirkan lebih awal
daripada makhluk lainnya. Sebagai akibatnya,
anak manusia lahir cenderung tidak
"sedewasa" binatang. Sementara anak
binatang telah mampu hidup mandiri dalam
hitungan bulan, anak manusia tetap
bergantung pada orang tuanya selama belasan
tahun hingga masa remaja (
teenage years
)
(Fisher, 1992).
Karena perempuan melahirkan dan
menyusui anak, lantas secara simplistik
dijadikan kandidat tunggal untuk mengasuh
anak. Selain itu, perempuan menjadi makin
dibebani urusan pengasuhan keluarga. Tidak
hanya mengurus anak-anak, tapi juga suami
dan bahkan kadang orang tua. Hal inilah yang
dianggap cikal bakal pembagian kerja secara
seksual oleh teoritisi Adaptasionis. Terlebih
karena dalam perkembangan selanjutnya,
perempuan melakukan tugas-tugas yang
“dekat rumah”, sementara kaum laki-laki
pergi berburu atau mencari nafkah lain (Buss,
1996).
(Sumber:
www.sinarharapan.co.id
, dengan
pengubahan)
Kerjakan sesuai dengan perintah!
a. Tuliskan pokok persoalan yang layak dijadikan bahan
diskusi dari wacana di atas!
b. Ungkapkan beberapa pendapat sebagai tanggapan
terhadap wacana di atas!
c. Ungkapkan pendukung terhadap pendapat yang ada
sebagai ungkapan kesetujuanmu! Sertakan alasan-alasan
yang logis dalam ungkapan sanggahanmu!
d. Ungkapkan sanggahan terhadap pendapat yang ada
sebagai ungkapan ketidaksetujuanmu! Sertakan alasan-
alasan yang logis dalam ungkapan sanggahanmu!
e. Catatlah usulan-usulan yang dapat kamu kemukakan
berdasarkan wacana di atas!
1 Jawaban
-
1. Jawaban keysiDMK
sama kaya diatas ya !